Cerita Sedih Anak SMA Lantaran Kesulitan Mengakses Internet Di Papua Demi Sekolah Online.


Foto: Bukti Realitas  Proses Belajar Di Kampung BUK - Papua Barat.
Mewakili Peserta didik SMA Negeri 11 BUK
2020, Sorong - Papua Barat.


Saya mau cerita sedikit tentang gambar ini.
Sebelumnya saya pernah mengajak seorang anak sekolah untuk berdiskusi tentang sekolah SMA Negeri 11 Buk, Distrik Buk, Kabupaten Sorong, Papua Barat.

"Anak itu namanya Samuel Klasjok, duduk di bangku kelas 2 SMA, dia adalah ketua OSIS di sekolah tersebut. Dia anak yg pintar di antara teman yang lain namun dia rasa tidak berguna karna dia belum bisa buat apa-apa untuk sekolah tercintanya"

Suatu hari Halaman sekolahnya sunyi karna anak-anak sekolahnya pergi belajar di hutan, di bawah kaki gunung, hingga di pinggir kali. Sementara Guru-guru sebagian besar juga pergi liburan ke kota selama berbulan-bulan lamanya.

Mereka pergi karena mereka harus beli pulsa internet bagaimana pun caranya hanya untuk bisa belajar online & kirim tugasnya kepada guru mereka, mereka juga pergi tinggalkan tanggung jawab mereka terhadap orang tua dan lainnya di kampung (Buk).

Jaringan internet sangat sulit untuk mengakses untuk mengerjakan tugas PR yang diberikan oleh Guru. Waupun tugasnya sudah kerja itupun harus tunggu lama terikimnya akibat jaringan sangat lemot. Proses belajar mengajar tidak interaktif buku pelajaran di sekolah pun juga tidak ada.

Terpaksa mereka  harus cari sumber ilmu sendiri melalui internet. Yah, tapi bagi yang tidak punya HP, harus dipinjamkan sama teman atau keluarga. Bahkan ada yang harus ketinggalan pelajaran & tidak bisa kirim tugas hanya karna kesulitan logistik selama proses belajar online itu.

Begini Kata Samuel kepada saya

"Kaka kita harus pergi ke kota biar bisa kirim tugas ke guru karens di kota jaringan internet lancar, kalau di kampung jaringan susah skali.  Teman teman saya yang tinggal di kampung itu biasa baku bantu kerja tugasnya  lalu kirim ke Bapak/ibu guru, bahkan PR juga tong cari sumbernya di internet karena tidak ada buku cetak dari sekolah. Ada beberapa teman saya lainnya terpaksa pindah sekolah ke kota. 

Menurut orang tua di kampung bahwa bila kalian belajar model begini terus berarti kalian tidak akan pintar tetap tidak betubah, kalian tidak bisa maju karena segala fasilitas kurang tidak memadai bahkan perhatian guru terhadap anak didik pun tidak efektif di kampung ini."

Saya mendengar banyak cerita dari samuel mengenai sekolah di kampung BUK, Saya merasa sedih dan kasihan, saya sangat prihatin padahal OTSUS papua ada untuk membangun Papua dari segala Aspek. Dana alokasi untuk pendidikan juga ada, material pendidikan banyak tapi nilai edukasinya mati.
Diskusi kita akhirnya menjadi koma setelah saya bilang : 
"Semoga matahari di Papua masih terus bersinar meski gelapnya malam akan datang utk menutupinya. Sampai Jumpa Di Buk, Jago".

"Dibawah teriknya matahari mereka  terpaksa harus belajar.
Ditengah hutan rimba, mereka terpaksa harus belajar.
Beralasakan potongan dedaunan pisang, mereka terpaksa harus belajar.
Di perkampungan yg terisolir, mereka terpaksa harus belajar.
Ditengah sulitnya akses jaringan internet, mereka terpaksa harus belajar.
Ditengah sulitnya perekonomian, mereka terpaksa harus belajar.
Ditengah ketidakpastian ini dari semua ini, mereka terpaksa harus belajar".

Online memaksakan kita untuk belajar tanpa syarat.

Kebijakan pemerintah & dinas terkait menomorduakan realitas kebutuhan anak-anak papua dalam hal memenuhi hak-hak mereka di basis pendidikan. Semua yang mereka lakukan itu pun dibayar dengan terpaksa. Miris!

Semoga pendidikan di Papua masih sehat dari pembodohan kolonialisme & Kapitalisme.
Suatu hari nanti perlawanan akan nyata & hidup.
Terimakasih untuk semua pihak dan guru yang pernah mengar kita untuk tidak cengeng demi ilmu.
Belajar, bergerak, berjuang !

Editor : Akuratpapua.com
Reporter : Amsal Sigger

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jakarta, Mahasiswa Asal Meepago Tolak DOB Provinsi Papua Tengah, Berikut Isi Pernyataan.

Resmi! Hengky Yikwa Dilantik Sebagai Ketua Panitia Konferensi Ke III Pemuda Baptis West Papua

IPPMAPI Kota Studi Nabire Usai Terima Puluhan Anggota Baru Secara Resmi