Pada Aksi Peringati Kematian Arnold C, AP Ke-37, AMP KK Jakarta Bacakan 15 Pernyataan Sikap
Salam Pembebasaan Nasional Bangsa West Papua.
AMologo, Nimo, Koyao, Koha, Kinaonak,Nare, Yepmun, Tabea, Mufa, Walak, Foi Moi Wainambe,Nayaklak wa….wa…wa
memasuki wilayah West Papua.
Dalam perkembangan kehidupan rakyat West Papua memiliki budaya yang terikat dengan kehidupannya sendiri mulai dari memperjuangkan hak-hak kehidupan marifatnya dan bahkan memperjuangkan spiriualitas perjuangan melalui
lagu-lagu yang menjadi daya perjuangan bangsa West Papua untuk menentukan nasib sendiri untuk keluar dari berbagai kepentingan asing yakni, Kaptalisme, Imperialisme, Kolonialisme dan militerisme dari negara yang menjajah.
Peradab-peradaban rakyat West Papua mempunyai nilai moral (eksistensi) mempertahankan budayanya untuk terus
memperjuangkan hak menentukan nasib sendiri. Sebelum lahirnya "MAMBESAK" di setiap suku bangsa West Papua mempunyai budaya-budaya tarian, bertani, dan Meramu atau berburu, dan konsep tentang kehdupan sejati.
Setiap Rakyat Asli Bangsa West Papua memiliki sikap untuk mengatur dirinya sendiri dan itu, tidak hanya pada kehidupan kapitalisasi, kolonisasi, militerisasi serta imperialisme dunia ini.
Maka, Konsep dasar ingin mengatur dirinya dari sejak dahulu hingga sampai hari ini, untuk membebaskan dirinya dari kepentingan-kepentingan yang menjajah rakyat bangsa West Papua.
Proses bangsa Asing yang ada di West Papua sampai hari ini merupakan bangsa
Penjajah seperti bangsa Indonesia yang menduduki bangsa West Papua yang telah 59 Tahun ini. Proses pendudukan itu juga, datangnya Imperialisme di tanah West Papua. Maka, selama proses kolonial Indonesia menduduki bangsa West Papua mempunyai sikap mengatur bangsa West Papua dan pada hal, rakyat Bangsa West Papua mampu mengatur dirinya sendiri tanpa bantuan bangsa kolonial Indonesia yang menduduki bangsa West Papua.
Menjelangnya Bangsa West Papua memperjuangkan hak demokratik dengan berbgai cara terutama juga dengan cara bernyayi atau menciptakan lagu-lagu yang menjadi nasionalisme bersama seperti era-1980-an dengan Nasionalisme "MAMBESAK". Mambesak menjadi salah satu pionir bagi rakyat bangsa Papua Barat yang mana mengenang lagu-lagu
perjuangan yang berisi dengan berbagai bahasa di West Papua, menjadi kenang dan terus memperjuangkan menentukan nasib sendiri serta mengusir Kolonial Indonesia atau bangsa
Asing yang menduduki di tanah West Papua. dan Mambesak mempunyai ciri khas tersendiri. bahwa musik-musik yang dimainkan adalah secara tradisional dan mempunyai nilai eksistensi bagi siapa saja yang mendengarnya. Maka dalam materi ini akan di ringkas mengenai apa dibalik lahirnya mambesak dan kanapa kempok Mambesak di buruh oleh militer kolonial Indonesia akan menjadi wacana bersama melihat mambesak itu sendiri dari berbagai refrensi yang ada dan apa yang dmceritakan oleh parah leluhur bangsa West Papua.
Dalam proses lahirnya Mambesak mempunyai lika-liku persoalan dari budaya hingga Hak Menentukan Nasib Sendiri bangi Rakyat bangsa West Papua. Sampai hari ini Mambesak telah 37 Tahun mulai dari 26 April 1984-2021 dan hari membesak ada mengenang dan menuntut para pelaku pembunuh rakyat Bangsa West Papua Penggagas Mambesak Arnold C. Ap menyadari akan pentingnya memertahankan kebudayaan dari ancaman budaya modern. Mereka memahami pentingnya budaya dan
berusaha untuk menggunakan musik sebagai sarana untuk menyampaikan hak dasar manusia:
kebebasan berekspresi. Mambesak dibentuk untuk merevitalisasi tari tradisional Papua Barat, musik dan lagu dan akhirnya memberikan warna tertentu, bentuk dan inspirasi
bagi kelahiran musik dan kelompok tari di seluruh Papua, secara aktif mempromosikan dan memperkuat identitas Papua Barat.
Pembentukan ini juga adalah bagian dari ketidakpuasan atas hasil Pepera memperoleh pengesahan oleh PBB yang nampak sekali bahwa pendirian suatu negara Papua Barat yang terpisah dari Indonesia terlalu kecil "peluangnya."
Group music Mambesak atau burung Cenderawasih/burung kuning dalam bahasa Biak, menjadi momentum kebangkitan seni dan identitas bangsa budaya Papua Barat.
Sebelum memberikan nama Mambesak group ini bernama Manyori yang berdiri pada tahun 1970-an. Anggota/personil dalam group ini diantaranya; Arnold Clemens Ap, Sam Kapissa, Yowel
Kafiar, Marthinny Sawaki. Seperti mottonya, kita bernyanyi untuk hidup yang dulu, sekarang dan nanti Mambesak hendak mengatakan nyanyiannya adalah perawat kehidupan bangsa west papua Barat.
Memertahankan budaya lokal menjadi ide dasar Mambesak dengan mengangkat kesenian rakyat yang berakar pada lagu serta tari-tarian yang melekat pada masyarakat Papua Barat. Berangkat dari itu, mereka kemudian terus menggali lagu dan tarian dari seluruh pelosok
Papua dengan menampilkan lagu serta tari-tarian tersebut dengan peralatan, Ukulele, Bass, Tifa dan Gitar. Dalam setiap penampilannya, Mambesak menyanyikan lagu-lagu daerah dan menari, tak ketinggalan, mambesak juga menciptakan lagu-lagu dalam bahasa Indonesia berlogat Papua Barat, dimana lagu-lagu tersebut adalah menguraikan tentang unsur-unsur kebudayaan Papua Barat.
Tentunya, Arnold C. Ap sebagai inisiator dalam pembentukan group ini, Ia menggunakan kapasitasnya sebagai ketua Lembaga Antropologi dan kepala museum yang diberi nama Sansakerta, Lokal Budaya dan mendirikan sebuah kelompok seni-budaya yang mereka namakan "Mambesak".
Gerakan kebangkitan Seni dan Budayan Papua Barat yang di pelopori oleh Arnol Ap, Sam kapisa dan kawan-kawan mahasiswa uncen lainnya di Jayapura
ini lahir pada tahun 1972. Mereka menjadikan gereja-geraja sebagai awal membangun gerakan tersebut hingga terakhir di RRI Nusantara V Jayapura.
Gerakan ini tumbuh dan berkembang, kemudian pada tanggal 15 Agustus 1978 menjadikan hari jadi Mambesak. Musik ini oleh Sam Kapisa dan Arnold Ap mengganggap sebagai musik yang suci sehingga mereka menamainya Mambesak yang menurut orang Biak adalah burung
suci, dengan tujuan untuk menghibur hati masyarakat Papua Barat yang sedang diintimidasi, dianiaya, diperkosa dan dibinasakan. Musik-musik mambesak memberikan kekuatan perlawanan rakyat Papua Barat dan mengembalikan jadi diri sebagai komunitas yang beda
dari bangsa Indonesia.
Namun Mambesak sebagai gerakan kebudayaan yang ingin menyelamatkan serta melestarikan seni, budaya penduduk Irian (sekarang Papua), ternyata dipandang sebagai bahaya "laten" oleh aparat keamanan karena membangkitkan semangat nasionalisme
Papua Barat.
Pada akhirnya, tanggal 30 November 1983, Arnold Ap ditahan oleh militer Indonesia.
Sebelum dan sesudahnya, sekitar 20 orang Papua Barat yang umumnya terdiri atas
cendekiawan, dosen, serta, mahasiswa Uncen dan pegawai Kantor Gubernur Irian Jaya (Papua Barat) di Jayapura ditahan dan diselidiki karena oleh pihak aparat keamanan diindikasikan adanya aspirasi politik dalam kaitan dengan OPM.
Penahanan tokoh budayawan Papua Barat ini berbuntut "hijrahnya" sejumlah dosen,
mahasiswa, maupun pegawai Pemerintah daerah menyeberang perbatasan menuju negara tetangga PNG atau Papua Timur, pada bulan Februari1984. Hampir pada waktu yang sama, di Jakarta empat pemuda Papua Barat yang mempertanyakan nasib penahanan Arnold AP ke DPRRI, akhirnya terpaksa meminta suaka politik ke kedutaan besar Belanda.
Penahanan tersebut dilakukan karena dicurigai oleh Pemerintah Indonesia sebagai gerakan politik yang hendak membangkitkan nasionalisme Papua Barat untuk melepaskan diri dari
kekuasaan NKRI. Arnold Ap sendiri dituduh sebagai OPM kota yang ikut berpartisipasi dalam perjuangan kemerdekaan Papua Barat. Karena kecurigaan tersebut, akhirnya Arnold Ap
dibunuh oleh Kopassandha (kini Kopassus) dan mayatnya ditemukan pada tanggal 26 April 1984 di Pantai Base G, Jayapura, setelah sebelumnya ditahan sejak bulan November 1983 tanpa proses hukum yang semestinya. Pembunuhannya diatur dengan skenario melarikan diri setelah sebelumnya secara sengaja dibebaskan oleh Kopassandha dari dalam tahanan.
Arnold Ap yang hendak menyeberang ke Papua New Guinea menyusul istri dan anaknya yang telah mengungsi sebelumnya justru ditembak mati. Selain Arnold Ap, rekannya, Eduard Mofu, juga dibunuh dan ditemukan terapung di permukaan air laut Pantai Base G dengan
luka tembak di dada dan perutnya , Kematian sang budayawan, yang dianggap berhasil mengakumulasikan dan mengintegrasikan kebudayaan masyarakat Papua Barat, dijadikan "simbol" pengukuhan terhadap identitas dan jati diri orang Papua Barat, yang merupakan
cikal bakal tumbuhnya rasa nasionalisme Orang Papua Barat.
Selama perjalanan Mambesak, sejak dibentuk pada tahun 1972 hingga 1984, mereka berhasil meluncurkan lima kaset masing-masing; Volume I pada tahun 1978, Volume II 1980, Volume III 1980, Volume IV 1982 serta Volume V tahun 1983. Dan Beberapa group music baru muncul saat memasuki tahun 1990-an dengan menyanyikan lagu-lagu Papua untuk Yosim Pancar yang dibawakan dalam perlombaan, tapi belum ada kelompok atau group music yang menyanyi khusus lagu-lagu Papua seperti Mambesak.
Gerakan Mambesak memberikan ispirasi yang kuat dan membangkitan nasionalisme bangsa Papua Barat, sehingga perlawananpun semakin lama mulai menguat di daerah-derah Papua
Barat lainnya. Namun sayang, karena oleh pemerintah Indonesia menganggapnya gerakan ini sangat berbahaya sehingga mereka menangkap Arnol Ap dan membunuhnya tanpa alasan politik dan keamanan yang jelas terhadap kesalahan yang di Lakukan oleh Al arnol
Ap. Gerakan ini melahirkan protes besar-besar bangsa Papua Barat atas kehadiran
Indonesia, dengan melakukan Suaka politik dan pengungsian besar-besaran.
Mambesak juga melalui musik dan lagu-lagu khas Papua Barat melakukan perlawanan atas ketidakadilan.
Adanya fakta sebagai satu kesatuan orang asli Papua Barat dari ras Melanesia
yang saat itu tertindas dalam pelanggaran hak asasi manusia dan adanya keinginan untuk menyatukan orang asli Papua Barat sebagai satu bangsa untuk lepas dari penjajahan menjadi alasan yang tidak dapat dilepaskan dari kemunculan Mambesak. Dimana nasionalisme Papua Barat yang dibangun saat itu disalah mengerti oleh pemerintah
Indonesia seakan-akan dibangun semata-mata untuk kepentingan Papua Barat merdeka.
Gugatan terhadap kolonialisme Indonesia yang diwujudkan dalam bentuk perbudayakan dan pelanggaran hak asasi manusia dalam bentuk lainnya dan gugatan terhadap kemapanan
yang menindas oleh oleh rakyat Papua Barat melalui Mambesak dilakukan dengan cara bermain musik dan bernyanyi. Para personil Mambesak bersuara melalui musik dan lagu
khas Papua. Melalui musik dan syair lagu-lagunya, Mambesak mengungkapkan segala rasanya, dimana yang mencolok adalah pemuliaan terhadap Tuhan, pemujaan terhadap alam semesta (negerinya), kekaguman dan penghormatan terhadap indentitas dirinya dan bangsanya, gugatan terhadap kolonialisme (dan rasisme), dan cita-cita yang hendak diraih di masa depan.
merupakan sebuah fakta yang sulit ditolak. Mambesak benar-benar menemukan kenyamanan di dalam lubuk hati setiap orang asli Papua, ibarat benih unggul yang menemukan tanah yang subur. Dari sana kerinduan akan Mambesak tumbuh dengan subur,
menjulang tinggi, menemukan cita dan cinta yang semestinya.
Cita dan cinta itu adalah
kemerdekaan; Jika melihat perbandingan antara Rastafari dan Bob Marley dengan Mambesak dan Arnold Ap, maka terdapat tujuh kesamaan yang mencolok. Hal semacam ini bukanlah sebuah
kebetulan, sebab hal semacam ini sesungguhnya merupakan fenomena global. Banyak gerakan sosial (politik/keagamaan) dan banyak musik dan lagu lahir sebagai wujud
perlawanan terhadap penjajahan (atau sebut saja kemapanan yang menindas) dan untuk menemukan dan menegakkan jati diri sebagai manusia yang merdeka. Pilihan perjuangan dengan cara seperti ini juga pernah dilakukan oleh group musik, musisi dan penyanyi lain seperti John Lennon, Lucky Dengan demikian, sesungguhnya latarbelakang lahirnya Mambesak, dinamika dalam perjalanan Mambesak, dampak dari adanya Mambesak, dan tujuan akhir dari Mambesak sesungguhnya sama atau serupa dengan gerakan sosial (politik/keagamaan), musik, dan
lagu yang pernah dan sedang bermunculan di berbagai belahan dunia lainnya.
Yang pada umumnya inti dari gerakan sosial (politik/keagamaan) seperti ini adalah karena hendak menemukan dan menegakkan jati dirinya sebagai manusia yang sesungguhnya. Seni menurut Bhikkhu Dhammasubho Mahathera, adalah Sentuhan Nurani. Untuk itulah
seni menjadi ukuran suatu bangsa manusia. Semakin halus nuraninya, semakin tinggi karya-
karya nuraninya. Arnold AP, lahir di pulau Numfor, Biak 1 Juli 1945dan riwayat akhir pada 26 April 1984, tingkat pendidikan menyelesaikan studi sarjana Muda Geografi dari Uncen. Sewaktu jadi
mahasiswa, ia turut bersama sejumlahmahasiswa Universitas Cenderawasih dalam demonstrasi menantangkunjungan utusan PBB, Ortiz Sans, untuk mengevaluasi hasil Pepera
1969.
Arnold Ap adalah pemimpin budaya Papua Barat, antropolog dan musisi, termaksud
pemimpin kelompok Mambesak, dan Kurator dari Museum Universitas Cenderawasih. Dia juga menyiarkan budaya Papua Barat di acara radio mingguannya. Group Musik “Mambesak”
Tanggal 23 Agustus 1978 anggota group ini berkumpul untuk membentuk kepengurusan. Saat itu Arnold Ap dipilih sebagai pimpinan group, Marthen Sawaki sebagai wakil, Yoel Kapissa sebagai sekretaris, Sam Kapissa sebagai penanggungjawab musik, Thony Karenak sebagai penanggungjawab tari dan yang menangani teater adalah Demi Wariap
Kami.
Musik adalah sumber potensial masih menjadi hambatan budaya di Papua Barat. Arnold Ap dan Mambesak masih populer di Papua Barat, dan karya-karya mereka dipandang sebagai simbol identitas Papua Barat Sejak 1990-an. Namun pemerintah Indonesia melarang untuk orang Papua Barat mengungkapkan bentuk-bentuk budaya pribumi yang melambangkan
jatidiri mereka. Daerah yang berasal dari berbagai suku dan bangsa di Papua. Di era 1970-an lagu-lagu daerah cukup meletup dikuping orang yang dilantumkan group Band Manyori (burung Nuri).
Nama Manyori ini tidak bertahan lama karena burung Nuri lebih merupakan burung suci orang Biak Numfor saja, sementara burung kuning dihormati oleh semua suku-suku di seluruh Papua Barat sebagai mahkota kepala suku. Maka pada era 1980-an lahirlah Mambesak “Cenderawasih atau burung kuning”. Group Mambesak mampu menggarab Lagu-lagu daerah Papua Barat dengan bahasa suku yang ada di Papua Barat kemudian di arrangements dengan alat musik lokal yang sangat sederhana seperti Tifa, Suling bambu, Tambur, Ukulele, Tabura (kulit Kerang) dan lainnya.
Lagu-lagu daerah Papua yang dinyanyikan kelompok Mambesak mewakili suku dan bahasa masing-masing daerah seperti Waniambei (Tobati – Jayapura), Na Sisar matiti (Teluk Bintuni), Lenso Inoni Nifako(Waropen), Akai Bipa Mare (Mimika), Basiri Buruai (kaimana),
Henggi Iha (Fak Fak), Yapo Mamacica (Asmat), Mate Mani Inanwatan (Sorong), Nit PughuluokEn (Kurima – Jayawijaya), Wayut Lo (Muyu-Merauke), Piruje (Moor-Nabire), Omentaiseo (Teminabuan-Sorong), Syowi Yena (Biak-Numfor) dan Maitwu Som (Arso- Jayapura). Lagu-lagu daerah Papua Barat lebih cocok dinyanyikan dan diiringi dengan alat-alat musik akustik: guitar, tifa, okulele, bas dua tali. Roh musik khas Papua Barat Selain itu, masyarakat yang mendengar musik Mambesak langsung mengirim lagu-lagu dari daerah ke Mambesak. Ada yang direkam di kaset, ada yang ditulis tangan lengkap dengan not-notnya, dibawa dan dilatih di Istana Mambesak di Uncen. Sehingga Mambesak tidak pernah kekurangan lagu-lagu dari setiap suku daerah di Papua.
Arnold Ap pernah mengatahkan bahwa, musik yang dikembangkannya adalah semi modern. Karena alat musik yang mereka pakai adalah kolaborasi alat musik: tifa, okulele (walaupun dijual di toko tapi mereka buat sendiri karena bunyinya beda), guitar bass (ada jual di toko, tapi mereka buat sendiri, guitar bass dua tali). Arnold Ap bilang inilah kami anak-anak Papua. Ini kami punya alat musik dan ini kami punya lagu-lagu. Kami tidak terlalu tradisional dan tidak terlalu modern. Tapi kami ada di tengah-tengah, karena kami ada kolaborasi musik. Dan itu kami orang Papua.
Sejak terbunuhnya Arnold Ap pada 26 April 1984 lalu hingga kini lagu-lagu kaset Membesak tidak diproduksi lagi, karena master lagu-lagu dan alat perekamnya ada di Papua New Guinea. Lagu-lagu Mambesak yang beredar sekarang adalah rekaman dari kaset ke kaset. Mambesak memberikan nilai-nilai perjuangan untuk menentukan nasib sendiri dan keluar
dari berbagai penjajahan yang dilakukan oleh Indonesia, Kapitalisme, Imperialisme maupun kontek segala penjajahan di tanas tanah bangsa Papua Barat melalui lagu-lagu yang membangkitkan nasionalisme sejati bagi gerakan-gerakan hak menentukan nasib sendiri maupun bagi solidaritas terhadap rakaya bangsa Papua Barat untuk menentukan nasib sendiri secara universal. dan sampai sekarang generasi muda West Papua terus berkaray juga melalui lagu-lagu untuk menentukan nasib sendiri bagi bangsa West Papua keluar dari kolonialisme Indonesia.
Pada tahun 2002 jumlah angka kematian bayi (Invant Mortality Ratio) berdasarkan SKDI 56 bayi meninggal per 1000 kelahiran, namun pada tahun 2017-2020 justru mengalami kenaikan menjadi 257 kematian per 1000 kelahiran, ditamba beberapa kasus kematian massal di asmat dan yahukimo yang sengaja disembunyikan oleh negara dan media mainstream. Berbagai pelanggaran hak asasi manusia (HAM) masih terus terjadi, hak-hak dasar orang asli Papua (OAP) dirampas, dan kondisi dunia pendidikan yang begitu buruk, itu terbukti dengan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Papua yang terendah se-Indonesia, dan itu menjadi barometer bahwa dimasa keberlangsungan otsus selama 20 tahun di atas Tanah Papua, tak membawah perubahan dan nilai positif bagi peradaban manusia Papua, itu menjadi bukti
kuat bahwa otonomi khusus telah GAGAL di Papua. Maka dengan ini kami yang tergabung di dalam Bangkitkan Semangat Perjuang Arnold c.AP 37 menuntut :
1. Berikan hak menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokratis bagi bangsa West Papua!
2. Tolak OTSUS Jilid II !
3. Bebaskan seluruh tahanan politik West Papua lebih khususnya ROLAND LEVY dan KELVIN MOLAMA Jakarta !
4. Tarik militer organik dan non-organik dari tanah West Papua!
5. Usut tuntas dan adilipelaku pelanggaran HAM di Papua!
6. Stop Kriminalisasi musisi papua!
7. Buka Akses Jurnalis Nasional Maupun Internasional ke Papua
8. Mendesak Pemerintah Indonesia agar segera mengizinkan Dewan HAM PBB untuk mengunjungi Papua!
9. Usut tuntus terror Viktor Mambor!
10. Pemeritah Provinsi Papaua Tarik MOU Pendidikan dgn papua!
11. Stop krimilisasi Media Papua!
12. Tarik Militer Tanah papua lebih khususnya nduga,inta jaya,puncak ilaga!
13. Tolak Kodim seluruh tanah papua lebih khususnya Tambrauw!
14. Tolak Pembangunan sekolah kepolisian dimanses!
15. Tolak Pembangunan tamabng illegal Tanah papua!
Penulis: Toli Wanimbo ( Aktivis Mahasiswa Papua)
Editor: (JT)
Komentar
Posting Komentar