Benny Wenda: PBB Harus Diizinkan Masuk Papua Barat, Ini Penjajahan!
Foto: Presiden sementara Papua Barat Benny Wenda |
PAPUA_AKURATPAPUA.COM -- Presiden sementara Papua Barat Benny Wenda menyerukan intervensi segera dari PBB dan Komite Palang Merah Internasional, seiring ratusan orang melarikan diri dari kekerasan baru di Indonesia.
“Mereka yang terlantar karena operasi ini tidak akan memiliki akses ke perawatan kesehatan. Mereka tidak bisa merawat tanaman mereka. Anak-anak tidak bisa pergi ke sekolah,” ucap Wenda, dikutip Morning Star.
Menurut pemimpin kemerdekaan Papua Barat itu, sekitar 50.000 orang telah mengungsi akibat operasi militer Indonesia sejak Desember 2018, dalam tindakan yang dia anggap sebagai genosida.
Seorang petugas polisi Papua membawa senapan saat ia mengendalikan kerumunan setelah pengunjuk rasa membakar Pasar Buruni selama protes kekerasan di Fakfak, Papua Barat. (Foto: EPA)
“Negara Indonesia telah memberlakukan darurat militer, menggunakan krisis COVID-19 sebagai kedok untuk melakukan operasi militer. Seperti yang dinyatakan oleh Dewan Gereja Papua Barat, empat denominasi Protestan di negara kita, dalam pernyataan pada 5 Februari: ‘Tanah Papua telah menjadi daerah operasi militer’,” sambungnya.
Benny Wenda terpilih sebagai presiden sementara Papua Barat yang dideklarasikan sendiri pada 1 Desember. Indonesia telah menolak untuk mengadakan pembicaraan dengan Wenda, yang telah tinggal di pengasingan di Inggris sejak 2003 setelah melarikan diri dari penjara.
Tahun ini, status “otonomi khusus” Papua Barat akan segera berakhir. Jakarta mendukung pembaruannya, sementara Gerakan Pembebasan Bersatu untuk Papua Barat (ULMWP) pimpinan Benny Wenda bersikeras bahwa satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik selama puluhan tahun adalah dengan mengadakan referendum kemerdekaan.
Indonesia telah menduduki bekas koloni Belanda itu sejak 1963, dan secara resmi mencaplok kepulauan itu melalui Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969, di mana lebih dari 1.000 orang Papua Barat dipaksa untuk memberikan suara mendukung, banyak di bawah todongan senjata, catat Morning Star.
Setidaknya 500.000 orang (terutama orang Papua Barat) telah tewas sejak 1969. Pasukan Indonesia telah melakukan operasi militer selama bertahun-tahun untuk menghancurkan gerakan kemerdekaan, yang mencakup pemboman dan dugaan penggunaan senjata kimia.
“Pimpinan daerah harus memperhatikan apa yang terjadi di Papua Barat. Australia, Selandia Baru, Forum Kepulauan Pasifik: Indonesia bersembunyi di balik klaim ‘kedaulatan’ untuk menghancurkan rakyat saya. Ini bukan ‘masalah internal’, ini adalah masalah pendudukan militer dan kolonialisme,” tegas Benny Wenda.
Sumber:Morning Star
Editor: Admin
Komentar
Posting Komentar