Ikatan Mahasiswa Papua (IMAPA) USA-Canada mengadakan acara Meet and Greet

Foto: Saat Seminar Sedang Berlangsung


Canada_Akuratpapua.com--Ikatan Mahasiswa Papua (IMAPA) USA-Canada mengadakan acara Meet and Greet dengan thema: “Gereja sebagai banteng terakhir orang asli Papua di era globalisasi.” Seminar itu diadakan via zoom dan disiarkan di kanal youtube IMAPA USA-Canada pada 22/12/2020 waktu Amerika Serikat.

Panitia penyelenggara dalam opening statementnya menyampaikan bahwa tujuan dari seminar ini adalah bagaimana gereja sebagai banteng terakhir orang Papua berperan menyuarakan suara kenabiannya atas penindasan, rasialisme, pembunuhan, dan pelanggaran HAM yang terjadi diatas tanah Papua.

Bapak Pdt. Dorman Wandikbo S.Th dan Ibu Pdt. Mirino Krey S.Th yang menjadi narasumber dalam seminar tersebut juga menyampaikan pandangan mereka.

Ibu Pdt. Mirino Krey S.Th memaparkan sejarah masuknya bangsa asing di Papua terutama di daerah pesisir dan bagaimana mereka mempengaruhi kebudayaan di sekitarnya. 

"Bangsa-bangsa lain sudah mulai datang ke papua, termasuk China. Pada waktu itu orang juga menemukan kramik-kramik china yang sekarang kia sebut piring dulu, perisai-perisai kecil unuk pakain menari diemukan di pantai. Tetapi orang biak juga dulu melakukan perjalan jauh, jadi mereka juga bisa bawa piring dan lainnya ke biak. Seiring waku, benda-benda tersebut memiliki nilai lebih dan dipakai unuk bayar mas kawin," jelas Morino Krey kepada akuratpapua.com, via WA; (23/12/2020).

Lebih lanjut beliau menjelaskan sejarah masuknya Injil di tanah Papua pada tahun 1885 di pulau Mansinam oleh Ottow dan Geisler yang dirayakan seluruh rakyat Papua. Menurutnya, Injil adalah terang bagi Papua untuk melihat dunia luar. Ia menyampaikan untuk membangun Papua harus dengan sebuah penelitian tentang kehidupan orang Papua sebagaimana orang Belanda dulu.

Sebagai penutup, mengingatkan kepada generasi muda papua agar tidak melupakan bahasa daerah sebagai salah satu identitas. 

"Orang merasa bangga kalo dia berbicara bahasa Inggris atau bahasa Indonesia dengan baik, tetapi dia merasa malu untuk bicara bahasa daerah." Pungkasnya.

Narasumber kedua, Bapak Dorman Wandikbo S.Th. juga mengingatkan generasi muda papua agar mencintai budayanya sebagai identitas. Salah satunya adalah koteka.

“orang pegunungan pake koteka itu identitas. Mungkin bagi orang lain anggap telanjang. Tetapi koteka adaah identitas. Kita menrima injil ketika kami sedang mengenakan koteka,” katanya.

Di sisi lain, beliau juga menyampaikan bagaimana gereja harusnya berperan di era global ini. Menurunya, gereja harus berdiri independen dan menyuarakan suara kenabian unuk umat yang tertindas. Hal itu memang berkaitan dengan thema yang diangkat oleh panitia penyelenggara. Diamana gereja sebagai banteng terakhir yang harus menyuarakan keadaan umatnya.

Pewarta: Finakat Maloma
Editor: Akuratpapua.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jakarta, Mahasiswa Asal Meepago Tolak DOB Provinsi Papua Tengah, Berikut Isi Pernyataan.

Resmi! Hengky Yikwa Dilantik Sebagai Ketua Panitia Konferensi Ke III Pemuda Baptis West Papua

IPPMAPI Kota Studi Nabire Usai Terima Puluhan Anggota Baru Secara Resmi