Distrik Baya Biru dan Youtadi Siap Angkat Kaki Dari Paniai
Foto: Ketua Lembaga Masyarakat Adat Suku Wolani, Mee dan Moni (LMA SWAMEMO) Wilayah Adat Meepago Provinsi Papua dan juga selaku tokoh intelektual Distrik Bayabire, Kabupaten Paniai, Tobias Bagubau |
“Dalam waktu dekat kami akan bicara untuk memilih bergabung dengan pemerintah Kabupaten Nabire, Intan Jaya atau Dogiyai,” tandas Tobi Seperti yang dikutip Papuapos Nabire, via sambungan telepon seluler, Senin (28/06/21) kemarin.
Tobi menegaskan, pernyataan kontroversial tersebut lantaran selama Bayabiru dan Youtadi dalam wilayah adminitrasi Kabupaten Paniai, kedua distrik ini belum ada sentuhan pelayanan umum pemerintahan, pemberdayaan dan pembangunan.
“Dengan alasan bahwa pemerintah Kabupaten Paniai tidak serius membangun Distrik Baiyabiru dan Distrik Youtadi,” tukas politikus Hanura yang rajin menyuarkan masalah penambangan emas dan pelanggaran HAM di sepanjang bantaran Kali Degeuwo.
Dikatakan Tobi, Youtadi dan Baiyabiru adalah dua distrik yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Nyatanya Sungai Degeuwo saat ini terus mengalirkan emas tak sedikit jumlahnya. Konon Tobi menilai, pemerintah Kabupaten Paniai tidak serius dalam mengawasi dan menangani kasus penambangan liar yang tumbuh subur disepanjang bantaran Sungai Degeuwo.
“Karena orang menambang emas di sana, kerusakan lingkungan pun serius terjadi. Tetapi Pemda Paniai abaikan sehingga tidak terurus dengan baik, padahal kewajiban Pemda harus melindungi warga juga SDAnya,” akunya.
Menurutnya, Pemda Paniai mestinya bersyukur ada wilayahnya yang mempunyai SDA yang berlimpa karena belum tentu dimiliki juga oleh daerah lain. Pasalnya SDA tersebut juga merupakan asset yang memberikan income bagi daerah itu sendiri.
“Ya entalah sejak tahun 2001 hingga kini 2021, bupati ganti bupati tak satupun yang mengurus wilayah Degeuwo dengan baik. Jangankan urusan pemerataan pendapatan warga penghasil emas dan pengusaha penambang emas, pengandalian lingkungan saja tidak ada,” akunya lagi kesal.
Selain itu, diakui Tobi, masih banyak rentetan persoalan yang tersusun rapi dalam kolektifitas ingatan masyarakat di wilayah Degeuwo (Bayabiru dan Youtadi) dan kini amarah yang terkuak lantaran nada perhatian dan kepedulian Pemda Paniai hampir tak ada.
“Masih banyak persoalan yang membuat kami terluka sehingga menguatkan kami untuk harus angkat kaki dari Kabupaten Paniai dan kami akan memilih bergabung dengan Kabupaten Nabire, Dogiyai atau Intan Jaya. Tentu melalui kesepakatan bersama,” pungkasnya.
Papuapas Nabire
Editor: (JT)
Komentar
Posting Komentar